Filmku Pilemku Me Peliculas

Filmku Pilemku Me Peliculas

Latest Movies

Today Best choice
check all movies now playing

Tuesday, April 30, 2013

Serendipity

Kebiasaan 'buruk' saya jika menyukai suatu film adalah: menonton film itu berkali-kali, dan tidak akan bosan. Teman saya sampai bilang "Sakit lo Fris" hahaha.

Film beruntung yang akan saya ulas kali ini adalah: "Serendipity" yang juga bisa berarti "pleasant surprise". Serendipity berkisah tentang 2 sejoli Sara (Kate Beckinsale) dan Jonathan (John Cusack) yang pertama kali bertemu saat berebut sarung tangan di mall. Satu sama lain saling mengalah karena merasa tidak enak, justru orang lain yang akhirnya mau mengambil sarung tangan itu HAHAHA.

Persis selesai dari mall mereka bertemu di cafe "Serendipity". Sara menyukai nama cafe itu karena dia percaya pada takdir dan dia merasa tertarik masuk ke dalam cafe itu yang mana ia bertemu dengan Jonathan lagi. Jonathan memang gak bisa diam melihat cewek cantik tentu proaktif menanyakan nomor telepon Sara. Sara agak enggan untuk memberikan nomor teleponnya karena merasa untuk apa. Toh dia dan Jonathan sama-sama sudah punya pasangan. Jonathan keukeuh dan akhirnya Sara menyerah. Ketika Sara menuliskan nomor teleponnya di kertas, kertas itu diterbangkan angin dan membuat dia syok. Sara merasa mungkin memang dia seharusnya "tidak boleh" memberikan nomor teleponnya.

Jonathan belum menyerah dan akhirnya Sara mengatakan jika mereka memang seharusnya bertemu pasti mereka akan bertemu lagi. Sara meminta Jonathan menuliskan alamat dan nomor teleponnya di uang US$ 5 dan membeli buku Love in Time of Cholera. Sara menuliskan alamatnya di buku itu dan berjanji akan menjual buku itu di toko buku bekas. Kalau mereka berjodoh, Jonathan seharusnya bisa menemukan buku itu. HAHAHAHHA. Gila ya!

Jonathan ogah, dan mau membuktikan apakah teori Sara bisa dibuktikan. Jadi bersama-sama mereka akan masuk ke satu gedung, sama-sama menggunakan lift dan kalau mereka berjodoh seharusnya mereka bertemu di lantai yang sama. Sebenarnya mereka secara ajaib memilih satu lantai yang sama, lantai paling atas (tampaknya). Tapi memang bukan rejeki Jonathan, masuklah anak kecil ke dalam lift yang menekan semua tombol lantainya hahahaha.

Sara yang tadinya sedikit tertarik dan harap-harap cemas, siapa tahu jodoh gituu... kecewa setelah menunggu sekian lama Jonathan tidak muncul juga. Sara akhirnya turun dan pulang. Jonathan terlambat sampai di lantai 23. Demikianlah 1 malam yang sangat berkesan bagi Sara dan Jonathan berakhir dan membuat mereka masih penasaran di kemudian hari...

Beberapa tahun kemudian, Jonathan sudah bertunangan dengan perempuan lain dan akan melangsungkan pernikahan. Sara pun baru saja dilamar oleh kekasihnya yang musisi eksentrik. Namun baik Jonathan dan Sara memiliki rasa penasaran yang besar tentang satu sama lain. Jonathan syok karena seakan-akan dunia selalu menyebut nama Sara di mana-mana, dia khawatir itu menjadi suatu pertanda. Sara pun penasaran dia mau pergi ke Amerika untuk liburan sebelum memutuskan untuk menikah. Padahal sebenarnya supaya dia tidak lagi punya rasa penasaran tentang Jonathan.

Bagaimana kisah ini berakhir? Berakhir bahagia untuk Sara dan Jonathan dong dan mereka menemukan uang US$ 5 dan buku Love in Time of Cholera dengan cara yang tidak disangka-sangka. Namanya juga jodoh hehehe.

Kalau kata teman saya ini cerita yang gak masuk akal, kok bisa-bisanya Jonathan meninggalkan tunangannya untuk perempuan lain yang dia juga gak kenal (Sara dan Jonathan kan hanya bertemu 1 malam saja). Tapi interpretasi saya bahwa Jonathan merasa bahwa dia sebenarnya tidak mencintai tunangannya, dan itulah mengapa dia masih penasaran dengan Sara. Jika dia benar mencintai tunangannya tentu Jonathan tidak akan mengingat dan mencari Sara sama sekali.

Bayangkan cuma bertemu 1 malam, hanya tahu nama depan (tidak tahu nama lengkap), tidak tahu bibit, bebet, bobot tapi sedemikian dalam kesan yang ada dan membuat mereka penasaran sekian tahun. Pertanyaan selanjutnya adalah: apakah kamu mau mencoba cara seperti Sara dan Jonathan ini? Tolong beri tahu saya ya :)

Thursday, August 5, 2010

Lovers in Paris


Sebenarnya Lovers in Paris ( 파리의연인 / Pa-ri-eh yun-in / Des amoureux á Paris / My Sweetheart In Paris / Romance in Paris) ini merupakan semacam sinetron korea, jadi bukan film layar lebar. Tapi hari ini saya baru saja mendengar lagu latarnya di playlist winamp saya. Jadi kangen deh.. Saatnya berbagi dengan kalian. Nah, alkisah saya menonton kisah ini waktu SMA dulu (kalau gak salah). Saya terkesan banget sama ceritanya dan lagu latarnya, sayang waktu putar waktu itu gak enak jam 5 sore. Jam segitu padahal saya belum di rumah :(

Akhirnya saya nonton lagi Lovers in Paris waktu kuliah, yang dengan gilanya jam puternya pagi banget! Jam 7.30 WIB. Nah, saya sempatkan deh nonton sebelum kuliah LOL. Abalnya, kebiasaan salah satu tivi swasta kita ini, kalau ratingnya gak bagus, seenaknya pindah jam tayang atau mendadak hilang dari layar tivi. Karena benar-benar penasaran saya akhirnya cari DVD bajakannya. Sebenarnya mau aja beli yang asli (kalau harganya cukup masuk akal). Tapi Lovers in Paris sudah masuk sinetron lama, jadi gak ada yang jual DVD aslinya lagi :(( Jadilah saya nonton di DVD bajakan semua episode dari awal sampai akhir. SENANGNYA!!


Selain ceritanya yang okeh, Lovers in Paris juga didukung musik dan lagu latar yang okeh punya. Berbekal ilmu penelusuran informasi, saya pun mencari soundtrack Lovers in Paris, dan akhirnya ketemu juga hehehe. Sekarang lagu-lagu itu masuk di playlist saya deh hehehehe. Senangnyaaa... Tiap kali denger lagunya, saya langsung terbayang wajah pemerannya, ceritanya, dan romansanya hihihihi. Nah, gimana sih sebenarnya cerita Lovers in Paris??

Lovers in Paris terdiri dari 20 episode. Tapi menurut saya episode 11 ke bawah sudah gak begitu seru lagi. Soalnya lebih banyak cerita sedihnya dan si pemeran utamanya sudah jadi hihihi. Jadi rasa penasaran penonton yang besar udah terjawab di tengah pemutaran serial. Tapi paling gak, penonton bisa melihat chemistry si pemeran utamanya setelah jadi. Lumayan lah. Coba bandingkan sama Full House, set dah!! Kita nungguin nonton, deg degan melihat nanti akhirnya bagaimana, ternyata cerita bahagianya cuma 10 menit terakhir huu gak rela!! OOT deh, ya sudah jadi begini ceritanya...


Lovers in Paris menceritakan Kang Tae-Young yang sedang kuliah perfilman di kota Paris (OMG!! jadi kepingin di sana deh-btw saya udah nonton 3 film tentang Paris yang bikin ngiler). Sebagai mahasiswa yang bokek dan gak begitu lancar berbahasa perancis, Tae Young ini susah juga cari pekerjaan sampingan. Akhirnya, dia dapat pekerjaan untuk mengurus rumah seorang Korea di Paris. Tae Young gak pernah ketemu dengan si majikan. Yang berkomunikasi dengan Tae Young selama ini untuk pekerjaannya adalah asisten si majikan. Yang abalnya, pekerjaan Tae Young yang sebenarnya gampang (secara majikannya cuman hidup sendiri) tetap gak beres. Selain serampangan, Tae Young malah asik mandi berendam di bath up majikan dan menonton koleksi DVDnya WUAKAKAKAKAK. Dasarrrr... Seenaknya juga Tae Young membeli barang-barang keperluan majikan yang harganya murah-padahal si majikan seleranya tinggi. Karena gak pernah ketemu si majikan, Tae Young meninggalkan pesan lewat post note yang ditempel di mana-mana. Akhirnya si majikan kesal juga dan meminta asistennya untuk mencari orang lain saja sebagai pengurus rumah.


Sepulang kerja, Tae Young yang sudah diusir dari kost-an, menemui temannya yang berjualan rokok di pinggir jalan. Mendadak temannya pergi pacaran dan Tae Young diminta menjaga jualannya. Ternyata ada lelaki hidung belang yang datang "menawar" Tae Young. Tae Young kira, lelaki itu mau membeli rokok, dia bilang "tres euros" WUAKAKAKKAKAKA. Begitu Tae Young sadar maksud lelaki itu dia marah dan segera kabur LOL!! Karena kesal si lelaku hidung belang menhancurkan dagangan rokok itu dan segera pergi. Di tempat yang sama persis itulah, Han Ki Joo memarkirkan mobilnya. Han Ki-Joo pergi ke pub terdekat karena mau bertemu dengan keponakannya. Sayang dia tidak bertemu dengan keponakannya Yoon Shoo-Yuk, yang musisi pub itu. Han Ki-Joo segera cabut dari sana dan bertemu dengan Tae Young. Tae Young sementara itu sedang sibuk memotret mobil Han Ki-Joo sebagai bukti telah menabrak dagangannya. Dia meminta pertanggungjawaban Han Ki-Joo. Han Ki-Joo tidak mau mengganti semua karena menurutnya berjualan di pinggir jalan juga salah. Kalau mau dia hanya mau mengganti setengah kerugian. LOL!! Yang parahnya ekspresi mukanya itu loohh innocent!! Sedang Tae Young sudah kesal banget.

Begitu meraba-raba sakunya Han Ki-Joo baru sadar, dia gak bawa uang tunai. Karena gak percaya Tae Young bilang dia harus ikut ke mana Han Ki-Joo pergi sampai dia bayar ganti rugi. Han Ki-Joo pun minta Tae Young saja yang mengendarai mobil karena dia baru minum minuman keras. Arah rumah Han Ki-Joo searah dengan rumah majikan Tae Young maka dia bilang dia mau mampir sebentar. Ternyata ada barang Tae Young yang tertinggal. Begitu masuk Han Ki-Joo sudah terheran-heran, bagaimana ceritanya si Tae Young bisa masuk ke rumah dia WUAKAKAKAKAKAKAK... Akhirnya terbongkar deh kalau Han Ki-Joo itu majikannya Tae Young LOL!! Selain membayar ganti rugi dagangan Tae Young, Han Ki-Joo juga memberhentikan Tae Young bekerja sebagai pengurus rumah. Menurutnya pekerjaan Tae Young gak becus. Tae Young pun pulang dengan perasaan malu..


Nah gimana episode pertama aja sudah lucu banget dan membuat penasaran kan?? Ini satu sinetron Korea yang wajib ditonton kalian semua deh. Nanti cerita ini berkembang tentang cinta segitiga Yoon Shoo Yuk-Tae Young-Han Ki Joo. Kekuatan cerita ini ada pada ceritanya yang gak biasa, ekspresi dari akting Kim Jung-Eun sebagai pemeran Tae Young yang natural banget. Juga karakter dari peran Han Ki-Joo, ya ampunnn bikin gemes deh WUAAKAKAKAKAKA..Han Ki-Joo diperankan oleh Park Shin-Yang secara gemilang LOL!! Pokoknya bikin gemes deh buat yang nonton LOL!! Adapun Lee Dong-Geon sebagai pemeran Yoon Shoo Yuk, karena memang masih muda banget, setelah sinetron ini, dia semakin banyak main di sinetron Korea.


Mungkin nanti setelah akhir cerita banyak penonton yang bertanya-tanya, kok konflik antara Paman-Ponakan itu gak banget yah. Seperti gak mungkin terjadi di dunia nyata. Saya juga tadinya mikir gitu juga. Wah, saking kagetnya, saya sampai mikir kayaknya fiksi banget deh. Gak nyangka ternyata di kejadian nyata ada yang kayak gitu. Memangnya ada hubungan Kakak-Adik yang aslinya ternyata Ibu-Anak?? Tahu penyanyi jadul Bobby Darin, penyanyi hits Splish Splash?? Nah dia tuh begitu ceritanya. Persis!! Sekarang beliau udah meninggal karena sakit jantung bawaan. Dia meninggalnya cukup muda deh, di usia sekitar 40 tahunan (kalau gak salah). Turut berduka juga sih ternyata ada beneran yang kayak gini. Dan sama seperti Ki-Joo, Bobby Darin juga baru tahu fakta ini setelah tua, malah kayaknya setelah beberapa tahun menikah deh :((

Ya, jangan mikir sedihnya itu sih. Toh Han Ki-Joo tetap jadi dirinya sendiri, dan dia mengucapkan "terima kasih sudah melahirkan aku, kakak" Ya ampunn terharu gak sih. Walaupun ending Lovers in Paris ini dibiarkan mengambang dan multi interpretasi (pasti kesal deh buat yang gak suka cerita yang tamat gantung), sinetron ini patut ditonton. Apalagi 11 episode pertamanya OKEH PUNYA!! selamat menikmati :)))

Wednesday, June 2, 2010

Shrek Forever After

Film Shrek Forever After sudah mulai diputar di bioskop Indonesia sejak akhir Mei 2010 lalu. Lebih istimewa ada beberapa bioskop yang memutar film Shrek ini dalam format 3D. Subtitlenya juga sudah ada kok. Tidak seperti Avatar 3D yang tanpa subtitle (kecuali pas bagian suku Navi). Aduh OOT lagi nih.

Baiklah. Shrek Forever After ini merupakan sekuel film Shrek yang ke 4. Bagi penonton yang belum pernah menonton Shrek movies bisa agak kagok deh nontonnya. Minimal film Shrek yang pertama sudah pernah nonton yah. Shrek Forever After ini sesuai dengan judulnya, 'seharusnya' merupakan kehidupan sempurna dan bahagia untuk selamanya bagi Shrek. Sayang, justru dia merasa 'meradang' dengan kehidupan bahagianya itu. Hidupnya pusing dengan rutinitas yang itu-itu saja. Juga sibuk mengurus ketiga anaknya yang kecil-kecil. Menjadi tokoh terkenal dan selalu menjadi tontonan wajib bagi para turis Far Far Away. Puncaknya, emosi Shrek meledak ketika perayaan ulang tahun anaknya. Pesta itu seperti kacau, ditambah lagi ada anak yang dengan juteknya mengejar-ngejar Shrek untuk 'mengaum'. Benarlah, karena sudah marah dengan keadaan pesta yang kacau (dia dibilang Ogre yang ramah, kue ulang tahun dan makanan kecil habis dimakan tiga babi kecil, tiga anaknya yang menangis, semua orang berteriak dan mendatangi Shrek, dia dibujuk untuk menyanyi, serta anak kecil yang nakal tadi. Shrek pun mengaum, dan herannya orang semakin bertepuk tangan. Kue ulang tahun baru yang dibawa Puss, akhirnya dilumat oleh Shrek. Keadaan pesta pun runyam.

Sementara itu, Rumpelstiltskin yang dari cerita Shrek terdahulu kesal dengan kebahagiaan Shrek, berada di dekat pesta ulang tahun. Perkelahian Shrek dan Fiona membuat Rumpelstiltskin terinspirasi untuk mengubah kebahagiaan Shrek hilang untuk selamanya. Shrek yang ngambek pergi jalan-jalan ke hutan dan merindukan masa dia menjadi ogre yang ditakuti semua orang. Di tengah hutan, dia menemukan Rumpelstiltskin yang sedang terjebak di bawah kereta yang rusak, beserta piaraannya Bebek raksasa. Sebagai ucapan terima kasih, Rumpelstiltskin mengajak Shrek ke keretanya. Di kereta itu, dengan licinnya, Rumpelstiltskin membuat Shrek setuju dan menandatangani perjanjian sihir, bahwa Shrek akan menukar satu hari dalam hidupnya untuk kembali menjadi Shrek yang dahulu. Tidak tahunya si Rumpelstiltskin ini memang licik, dia membuat semacam aturan dan syarat berlaku.

Rumpelstiltskin menghapus hari ketika Shrek dilahirkan, dan tibalah Shrek di dunia pararel. Dunia di mana dia seharusnya tidak pernah muncul dan dilahirkan, tidak pernah bertemu si Donkey, Fiona, Puss, dan teman-teman. Awalnya Shrek bahagia karena orang-orang yang bertemu dengan dia langsung histeris. Tapi kebahagiaan itu hilang ketika dia tidak bisa menemukan Fiona dan anak-anak mereka. Melalui bantuan si Donkey, Shrek mengetahui bahwa cara untuk membatalkan perjanjian itu adalah dengan ciuman cinta sejati. Masih juga dengan bantuan si Donkey (yang masih curiga ada Ogre yang mau berteman dengan keledai), mereka kembali ke istana di mana Fiona dulu dikurung. Mengejutkan, istana itu tampak sudah lama tidak berpenghuni. Kamar Fiona pun mengenaskan, terdapat bekas hitungan hari ketika Fiona menghabiskan waktu di menara, mahkotanya, dan sapu tangan yang seharusnya diberikan kepada cinta sejati Fiona. Penonton bisa menyimpulkan, bahwa tidak ada orang yang berhasil menyelamatkan Fiona dari menara (kan ceritanya si Shrek gak dilahirkan gara-gara perjanjian sihir sama Rumpelstiltskin). Sedih deh..

Secara tidak sengaja, kenakalan si Donkey yang mau memakan umpan waffle di tengah hutan, membawa mereka ke perkampungan Ogre. Di mana Fiona muncul sebagai ogre yang disegani. Kemunculan Fiona pertama kali di perkampungan itu mengingatkan saya akan Xena, the warrior princess deh hihihi. Gilanya, si Shrek langsung nyerocos macem-macem, dan tentu semua orang gak ngerti dan bahkan gak kenal siapa Shrek (termasuk juga Fiona). Pendekatan yang dilakukan Shrek lewat semacam cokelat serangga menjijikn juga tidak berhasil. Akhirnya, dia mendekati Fiona dengan berperan sebagai partner latihan berkelahi Fiona. Yang anehnya, semakin kencang mereka memukul, dan semakin sering mereka saling memukul, mereka malah tampak senang. WUAKAKAKK!! Cinta Ogre yang aneh ya :D

Fiona yang jengah dengan keadaan yang sepertinya agak 'begitu' menyuruh Shrek berlatih perang sendiri. Sementara itu, si Puss (in the boots) sekarang sudah gak in the boots. Tapi sudah seperti kucing piaraan, gemuk, bulat, besar, berpita pink!! OMG!! Can u imagine, Di balik penampilan seimut dan selucu si Puss (semakin keliatan sperti Garfield), suaranya masih ngebass besarnya Antonio Banderas. WUAKAKAKK!!! Ngeri deh!! Nah, si Puss menyemangati Shrek untuk terus maju mendekati Fiona. Karena si Puss merasa bahwa ketika dia mengintip latihan mereka, ia mereasa bahwa seakan-akan Fiona telah menemukan cinta sejatinya, yaitu si Shrek.

Fiona dkk telah menyiapkan persiapan untuk menyerang Rumpelstiltskin, si raja tiran yang memburu Ogre untuk dijadikan budak. Ternyata yang mereka serang, merupakan tipuan Rumpelstiltskin. Dan malah si peniup seruling dari Hamelin yang ada. Melalui tiupan serulingnya (yang disetting untuk Ogre), dia membuat semua Ogre di sana menari dan mengikutinya menuju istana Rumpelstiltskin. Yang abalnya, patut dipuji bahwa tarian para Ogre itu keren!!! Mengetahui keadaan yang berbahaya, si Puss segera memutar otak dan bersama si Donkey, mereka menarik Shrek dan Fiona dan rombongan tarian itu. Mereka selamat. Namun, Fiona marah karena kehadiran Shrek telah mengganggu konsentrasinya, sehingga dia lemah dan para Ogre berhasil ditangkap. Fiona meninggalkan Shrek.

Sementara itu, di istananya (dengan mengganti wignya sesuai dengan mood) Rumpelstiltskin baru menyadari bahwa justru, Shrek tidak ada dalam rombongan Ogre Dancers. LOL!! Marah!! Dia mengganti wignya, dan menyalurkan berita lewat cermin ajaib kepada seluruh Far Far Away. Dia menawarkan sebuah perjanjian sihir. Yaitu, perjanjian yang akan mengabulkan apa saja keinginannya bagi orang yang berhasil membawa Shrek ke Rumpelstiltskin. Abalnya, si Pinokio membawa Gepeto yang mukanya sudah dicat hijau, dan mengaku bahwa dia adalah Shrek. Dan hidungnya memanjang dong ah!! WUAKAKAKAK!! Shrek pun mendadak datang dan menyerahkan diri. Tujuannya agar dia bisa memperoleh perjanjian sihir itu. Rumpelstiltskin mengingatkan bahwa perjanjian sihir yang sebelumnya tidak bisa dibatalkan dengan perjanjian sihir baru. Shrek mengerti. Secara mengejutkan, ternyata dia meminta kebebasan para Ogre. Agar para Ogre bisa hidup bebas, tidak sebagai budak, dan agar Fiona dapat hidup dengan selamat. Tidak disangka, ternyata Rumpelstiltskin licik. Dia mengatakan bahwa Fiona bukan Ogre 100% sehingga perjanjian sihir itu tidak berlaku bagi Fiona! Mereka berdua dirantai saling berhadapan. Yang justru membuat mereka semakin kompak dan bisa melepaskan diri, setelah mengikat naga (yang seharusnya istrinya si Donkey). Perkelahian yang rumit pun terjadi. Saling lempar, saling terbang, saling tonjok. Makanya saya bilang nonton Shrek Forever After dalam bentuk 3D atau 3 dimensi sama sekali gak rugi. Malah sangat terpuaskan deh!! Banyak potongan gambar yang sangat terasa dekat dengan penonton dan mengagetkan. Rumpelstiltskin pun kalah Tapi fajar mulai menjelang, dan masa satu hari Shrek menjelang habis. Tubuhnya tampak mulai transparan. Di butir-butir pasir di jam pasir masa Shrek berakhir, Fiona mencium Shrek. Tapi Shrek sudah menghilang! Fiona kira semua sudah terlambat. Tapi si Puss mengingatkan bahwa kutukan Fiona telah hilang. Hari sudah pagi, tapi Fiona tidak berubah wujud menjadi putri cantik lagi.

Mendadak, semua tersedot satu demi satu. Dannn..... Shrek kembali ke waktu di pesta ulang tahun anaknya :) Shrek sangat bahagia bisa bertemu dengan orang-orang yang dicintainya. Cukup membuat terharu saya loh. Ekspresi cinta Shrek dan luapan emosinya terasa sekali. Dan yang, akhirnya semua berakhir bahagia selamanyaaa :D Agak garing sih ya..

Tapi serius ya, kalian wajib deh nonton3Dnya puas!! Tapi di film kali ini, sedikit jayusan tentang kehidupan manusia yang diadaptasi ke dunia Far Far Away. Hanya modern dance ala Ogre dan pesta ajeb-ajeb di istana Rumpelstiltskin yang menarik. Gaya peniup seruling dari Hamelin juga keren, cool deh. Sayang dia gak bisa ngomong, bisanya cuma niup seruling ajaa. Nilai plus film ini juga music scorenya keren!! Juga banyak disertai lagu-lagu lama yang dicocokkan sama adegan filmnya, Jadi rasanya lucu banget. Misalnya pas si Donkey lagi mau menggoda naga, pake nyanyi lagu Hello Lionel Richiee.. Aduhh. Si Puss juga menggemaskan banget deh.. tapi suaranya itu lohh tetep ngebas!! WUAKAKAKA. Dan aksi sok bermuka melas dan innocent tetap ampuh dilakukan si Puss. Manteph deh LOL!! Saya pikir ini film yang mantap sekali ya. Gak percuma waktu 3 tahun lewat setelah sekuel Shrek yang terakhir ya. Oke deh kalau begitu. Selamat menonton yah.

Monday, May 31, 2010

Top 10 Iconic Movie Locations

copied from here. TIME looks at the some of the most famous real-life locations in cinema history:

Baseball Field, Field of Dreams



In Field of Dreams, beginner farmer Ray Kinsella (Kevin Costner) risks bankruptcy to build a baseball diamond in the middle of his Iowa cornfield. Kinsella, rebelling against his deceased father's calculated lifestyle, impulsively follows the advice of a mysterious voice assuring, "If you build it, he will come." Months after he builds it, they come: several ghosts of baseball's past, including "Shoeless" Joe Jackson (Ray Liotta), flock to the field to relive their glory days. By film's end, baseball fans from all over arrive to witness the mystical match. And since the 1989 movie's release, about 65,000 people per year have also made the trek to the Field of Dreams.
Built by Universal Studios in 1989, the 193-acre (78 hectare) site is now owned by the Lansing family. The family maintains the baseball diamond and welcomes tourists free of charge. However, in mid-May 2010 the family put the land — including a two-bedroom house — on the market for $5.4 million. Both Costner and Liotta have reportedly passed on the chance of owning the Field of Dreams.

Philadelphia Museum of Art, Rocky




Sylvester Stallone's underdog franchise had its hits and plenty of misses (does anyone actually remember a single thing about Rocky V?), but one of its successes is its inspiring movie buffs to experience a brief moment of exercise. If you find yourself near the Philadelphia Museum of Art steps, you run up them. Simple as that. There is no way around it. Ideally you will wear a bandanna and play the Rocky theme song ("Gonna Fly Now") in your head. Second-guessing the location? Orient yourself with the nearby Rocky statue.

Devils Tower, Close Encounters of the Third Kind



In Crook County, Wyoming, a cylindrical tower more than 1,000 ft. (300 m) tall stands alone in an open plane. The structure, known as Devils Tower, is recognizable to anyone who has seen Steven Spielberg's 1977 film Close Encounters of the Third Kind. In the climax of the film, several characters — who have been so unknowingly obsessed with the structure that they have sculpted it in mashed potatoes and repeatedly sketched it — descend on Devils Tower, where they greet a gargantuan alien mother ship (below, the money shot arrives at about the 1:30 mark). Yet the stone tower was famous long before its association with UFOs. In 1906, President Theodore Roosevelt named Devils Tower, a sacred symbol to several Native American tribes, the U.S.'s first national monument.

Tiffany's & Co., Breakfast at Tiffany's



In the opening scene in Breakfast at Tiffany's, a New York City yellow cab drives down a quiet Fifth Avenue and drops Holly Golightly (Audrey Hepburn) off near the corner of 57th Street. The formally dressed Golightly stares through her iconic sunglasses into the Tiffany & Co. window as she consumes her morning pastry and coffee. As she later says, "Well, when I get it, the only thing that does any good is to jump in a cab and go to Tiffany's. Calms me down right away. The quietness and the proud look of it. Nothing very bad could happen to you there." The scene, filmed outside New York's famed jewelry store, was one of the few not filmed at Paramount Studios' California backlots.

The Stone Steps, The Exorcist



Of all the images associated with The Exorcist — spinning heads, split pea soup, crucifixes handled in unholy ways — it is the creepily steep stone staircase that might be the longest-lasting in memories. The 1973 horror blockbuster's satanic steps — which prove to be the cause of death for several characters — are located in Washington's Georgetown enclave by a house at 3600 Prospect Street, which was used for exterior shots of the possessed girl's residence. Students at the neighborhood's namesake university — which features heavily in the film — put on several screenings of the film every Halloween.

The Trevi Fountain, La dolce vita



It took 30 years to build the Trevi Fountain but just a minute of screen time for the monument to be immortalized. Other films — Roman Holiday and Three Coins in the Fountain — featured Nicola Salvi's 18th century masterpiece, but its most celebrated role was in Federico Fellini's La dolce vita. In all its black-and-white glory, the 1960 classic highlighted Swedish bombshell Anita Ekberg and her strapless evening gown basking in the pouring water. Tourists inspired by the scene, though, have to settle for tossing coins into the fountain. Bathing, however curvaceous you may be, is not allowed.

Katz's Deli, When Harry Met Sally



Katz's Delicatessen was already 100 years old in 1989 when the romantic comedy When Harry Met Sally came out. The landmark New York deli on Houston Street, with its overstuffed pastrami-on-rye sandwiches, was the ideal setting for Meg Ryan's fake orgasm. The classic scene was made that much more classic by the line uttered by a nearby customer (played by director Rob Reiner's mother): "I'll have what she's having."

Monument Valley, Stagecoach



Not far from the Utah-Arizona state line sits Monument Valley — a place John Wayne once referred to as "where God put the West." Large red sandstone monoliths (with names such as the Three Sisters and East and West Mitten) scattered throughout the dusty desert served as the perfect backdrop to director John Ford's depictions of the Old West. Ford filmed several of his westerns, including Stagecoach and She Wore a Yellow Ribbon, which both starred Wayne, in the valley. Goulding's Lodge, a hotel in Monument Valley, is often visited by fans of the Duke, and the proprietors offer a large selection of John Wayne DVDs for guests.

Wiener Riesenrad, The Third Man



The 1949 thriller The Third Man suggests that serious business at an amusement park is best conducted on a Ferris wheel. In a cabin on the Viennese Great Wheel (Wiener Reisenrad) at the Prater park, Joseph Cotten's good guy and Orson Welles' bad guy — former friends — discuss the latter's fake death, the police, the Russians and good and evil in general. Confronted about his racket, Harry Lime (Welles) maintains his cool — something he probably wouldn't have been able to do on a roller coaster. The two get off the wheel, and Lime utters one of cinema's most giddily evil statements. "In Italy for 30 years under the Borgias, they had warfare, terror, murder and bloodshed. But they produced Michelangelo, Leonardo da Vinci and the Renaissance. In Switzerland, they had brotherly love. They had 500 years of democracy and peace. And what did that produce? The cuckoo clock!"

La Verne United Methodist Church, The Graduate



In the pursuit of love, Benjamin Braddock tested the patience of the gods. In The Graduate, Braddock (Dustin Hoffman) storms into a church where his beloved Elaine (Katherine Ross) is about to marry another. Just as the exit music is cued, Braddock pounds on a glass balcony window, shouting, "Elaine!" over and over and over. She finally responds by shouting Braddock's name, and the two desperately try to escape the church. At one point, Braddock uses a large cross to fend off the mob of angry guests. The film's now famous finale was filmed at the strikingly modernist United Methodist Church in La Verne, Calif., about 30 miles (50 km) east of Los Angeles.

Powered by Blogger.

Total Pageviews